Tahun 2023, Semoga Kita Bisa Mengurangi Kezaliman

Oleh : Dr. Adian Husaini (Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia)

Salah satu doa yang sering kita panjatkan kepada Allah adalah doa Nabiyullah Adam alaihi salam : ‘’Rabbanaa dhalamnaa anfusanaa fa-inlam taghfirlanaa wa-tarhamnaa la-nakuunannaa minal kaasiriin.’’ (Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi).

Salah satu misi penting Islam adalah membebaskan manusia dari belenggu kezaliman. Ini menjadi tugas penting setiap muslim. Rasulullah saw bersabda: “Bila orang-orang melihat orang zalim, tapi mereka tidak mencegahnya, maka dikhawatirkan Allah akan menimpakan siksaan terhadap mereka semua.” (HR Abu Daud).
Juga sabda beliau: “Kebaikan yang paling cepat mendapat balasan ialah kebajikan dan menyambung tali silaturahmi. Dan kejahatan yang paling cepat mendapat hukuman ialah kezaliman dan pemutusan tali silaturahmi.” (HR Ibnu Majah).

Rasulullah saw juga sudah memerintahkan: “Tolonglah saudaramu, baik yang melakukan kezaliman atau yang dizalimi.” (HR Bukhari).
Islam datang dengan membawa prinsip Tauhid, yang juga merupakan prinsip pembebasan manusia dari pengabdian antar sesama makhluk. Tauhid hanya menjadikan Sang Khaliq, Allah SWT, sebagai Yang Patut Dipuja dan Ditaati. Bukan makhluk yang fana.

Pembebasan manusia dari perhambaan sesama manusia itulah yang juga menjadi misi penting dari prinsip Tauhidullah. Inilah misi penegakan keadilan yang terpenting. Karena itu, dosa syirik (menyekutukan Allah) merupaka kezaliman yang besar. (QS Luqman: 13).

Kepada para pemimpin dan penguasa umat Islam memiliki kewajiban melakukan taushiyah. Jangan sampai apa penguasa melakukan tindakan atau merumuskan kebijakan yang mengandung unsur kezaliman kepada rakyat, sehingga mengantarkan rakyat dan bangsa kepada kebinasaan.
Allah SWT telah banyak mengingatkan dalam al-Quran tentang sebab-sebab kehancuran umat terdahulu : ‘’Maka apabila mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan tiba-tiba (sekonyong-konyong), maka ketika itu mereka terdiam dan berputus asa.’’ (QS al-An’am: 44).

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepatutnya berlaku keputusan Kami terhadap mereka, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (QS al-Isra’:16)

Jadi, kehancuran suatu bangsa atau peradaban adalah kehancuran iman dan kehancuran akhlak. Apabila iman kepada Allah SWT sudah rusak, maka secara otomatis pula akan terjadi pembangkangan terhadap aturan-aturan Allah SWT. Rasulullah saw berkata: “Apabila perzinahan dan riba sudah melanda suatu negeri, maka penduduk negeri itu telah menghalalkan turunnya azab Allah atas mereka sendiri.” (HR Thabrani dan al-Hakim).

Dalam sejarah manusia, berbagai kehancuran peradaban di muka bumi sudah begitu banyak terjadi. Dan Allah SWT memerintahkan kaum Muslimin agar mengambil pelajaran (hikmah) dari peristiwa-peristiwa sejarah tersebut. “Maka berjalanlah di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana hasilnya orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul Allah SWT) (QS an-Nahl:36)

Dalam pandangan Islam, merajalelanya kemaksiatan, keangkuhan, dan kezaliman ada kaitannya dengan kondisi masyarakat, apakah Allah akan menurunkan rahmat atau azab kepada masyarakat tertentu. Inilah pandangan hidup setiap muslim, yang semestinya menjadi dasar bagi pengambilan kebijakan para pejabat, tokoh-tokoh, dan pimpinan kaum Muslim.

Di bulan Desember 2022 lalu, kita menyaksikan sejumlah tontonan yang menganggap remeh masalah keimanan. Misalnya, Peringatan Natal Bersama yang dilakukan dengan melibatkan orang-orang muslim yang menyanyikan lagu-lagu Natal. Sepatutnya, bentuk-bentuk sinkretisasi ritual semacam ini bisa dicegah oleh para ulama yang berpengaruh.

Kita punya prinsip: lakum diinukum waliya diin. Kita saling menghormati dan bertoleransi. Bukan dengan saling mencampuradukkan ritual keagamaan. Kasihan para pelaku yang masih tampak rata-rata berusia muda. Mungkin mereka lupa atau belum paham, betapa murkanya Allah SWT, karena disesetarakan dengan makhluk. Nabi Isa yang manusia dan utusan Allah, diangkat menjadi Tuhan dan disembah. Ini bukan perkara kecil. (Lihat: QS Maryam:88-91).

Kita juga berharap, di tahun 2023, pemerintah lebih bersikap adil kepada masyarakat, dalam seluruh aspek kehidupan. Jangan rakyat dibebani pungutan-pungutan yang memberatkan kehidupan mereka. Sementara, banyak pejabat yang hidup mewah dari hasil pungutan uang rakyat. Tindakan kezaliman dalam bentuk apa pun dan dilakukan oleh siapa pun akan mendapat balasan di dunia dan akhirat. Sebab, doa orang-orang yang terzalimi itu maqbul.

Semoga di tahun 2023 ini kita menjadi manusia yang semakin adil dan semakin mengurangi kezaliman diri kita, baik kepada diri, orang lain, atau kepada lingkungan kita. Semoga Allah kabulkan! Aamiin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *