Diskusi tentang Universitas Ideal di Universitas Islam Riau

Oleh: Dr. Adian Husaini (Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia)

Pada hari Kamis (24/11/2022), saya diundang dalam sebuah acara diskusi terbatas dengan para dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau (UIR). Temanya sangat menarik. Yakni, bagaimana konsep dan strategi mewujudkan universitas ideal.

Acara itu sangat istimewa dan berat. Yang hadir adalah dekan dan  mantan dekan serta sejumlah dosen Fakultas Psikologi UIR.  Selain pakar di bidang psikologi, mereka juga merupakan praktisi pendidikan tinggi.

Saya mengawali paparan dengan mengingatkan para dosen pada buku yang ditulis oleh Peter Fleming, berjudul: “Dark Academia; How Universities Die”. Buku ini mengungkap sisi gelap universitas yang melenceng dari nilai-nilai pendidikan tinggi. Dark Academia menyoroti banyak kampus di Amerika Serikat, Inggris, dan Australia, yang tak lagi mendukung kualitas akademik akibat terkurung sistem neoliberal yang kapitalistik sehingga universitas cenderung berorientasi bisnis.

Berikutnya, saya mengajak para dosen menengok kritik mantan Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikubud, Prof. Dr. Satryo Soemantri Brodjonegoro terhadap praktik pendidikan tinggi di Indonesia. Dalam artikelnya di Harian Kompas, (29/6/2013), yang berjudul “Marginalisasi Perguruan Tinggi”, Prof. Soemantri menulis: “Sampai detik ini, pemahaman publik tentang fungsi perguruan tinggi ternyata belum utuh dan masih salah kaprah. Kesalahan fatal ialah penempatan perguruan tinggi negeri sebagai unit pelaksana teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sementara perlakuan terhadap perguruan tinggi swasta sebagai unit usaha dari yayasan atau badan wakaf.

Dengan kedudukan seperti itu, perguruan tinggi negeri (PTN) tidak lebih dari sebuah kantor jawatan, sementara perguruan tinggi swasta (PTS) tidak lebih dari sebuah unit usaha. Artinya, di sini terjadi marginalisasi fungsi perguruan tinggi dari yang seharusnya, yakni sebagai agen pembangunan bangsa melalui pengembangan ilmu pengetahuan bagi kemaslahatan manusia.”

Memang, tulis Prof. Satrio, PTN dan PTS terkesan menyelenggarakan pendidikan tinggi, tetapi sejujurnya mereka belum melakukan pendidikan tinggi secara utuh dan hakiki. Apa yang dilakukan oleh PTN hanyalah formalitas persekolahan tingkat tinggi (maksudnya setelah SMA/SMK), sedangkan yang dilakukan PTS saat ini adalah persekolahan tingkat tinggi dengan memperlakukan mahasiswa sebagai komoditas. Akibatnya, mutu pendidikan tinggi di Indonesia sangat rendah karena jauh sekali dari hakikatnya.

Konsep universitas ideal pernah disampaikan oleh Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas dalam Konferensi Pendidikan Islam di Kota Mekkah tahun 1977.  Prof. Naquib al-Attas menjelaskan: “Tujuan pendidikan tinggi dalam Islam adalah membentuk ‘manusia sempurna’ atau ‘manusia universal’.”

Prof. Wan Mohd Nor menguraikan gagasan Prof. al-Attas tersebut sebagai berikut: “Sebuah universitas seharusnya merupakan gambaran dari manusia universal atau ‘insan kamil’… Golongan insan kamil ini dipimpin oleh Nabi Muhammad saw, diikuti semua nabi dan para hamba pilihan-Nya, yaitu para aulia dan ulama yang ilmu dan pemahaman spritualnya sangat mendalam.” (Ibid)

Jadi, ringkasnya, universitas adalah tempat mendidik manusia agar menjadi manusia yang baik, dengan model ideal sosok Nabi Muhammad saw. Beliau adalah makhluk terbaik (khairul anam) dan model ideal (uswatun hasanah). Rasulullah saw merupakan manusia dengan akhlak yang sangat agung. Dengan kata lain, para dosen dan mahasiswa wajib berjuang memperbaiki diri agar semakin meningkat iman dan akhlaknya, sehingga semakin mendekai model ideal tersebut.

*****

Dalam situs resminya, (https://uir.ac.id/profil), disebutkan, bahwa UIR adalah perguruan tinggi tertua di Provinsi Riau berdiri pada tanggal 4 September 1962. UIR bernaung dibawah Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Riau.

Visi UIR: “Menjadi Universitas Islam Berkelas Dunia Berbasis Iman dan Takwa” (“To be World Class Islamic University Based on Iman and Takwa”

Misi UIR).

Diantara misi UIR adalah: (1) Menerapkan kandungan Al- Qur’an dan As-Sunnah (2) Menyelenggarakan pendidikan berwawasan global yang berbasis iman dan takwa (3) Bereputasi internasional yang berbasis iman dan takwa (4) Menyelenggarakan dakwah islamiyah bil lisan, bil qalam, bil hal dan bil hikmah.
Tentu, para pimpinan dan akademisi UIR menyadari benar, akan tanggung jawab di hadapan Allah dalam mendidik para mahasiswanya. Untuk menerapkan kandungan al-Quran dan Sunnah perlu keilmuan dan keteladanan para dosen dan pimpinannya.

Di usianya yang sudah mencapai 60 tahun, UIR telah memberikan kontribusi besar dalam dunia pendidikan Islam, khususnya di Provinsi Riau. Kita berharap, dari UIR dan banyak kampus lainnya, benar-benar lahir manusia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia.

Perwujudan iman yang kokoh adalah akhlak mulia. Rasulullah saw menjelaskan: Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya. Saya mengusulkan kepada pimpinan dan dosen Psikologi UIR, agar akhlak mulia itu dijadikan sebagai indikator penerimaan dan standar kompetensi lulusan yang utama.

Jangan sampai kampus Islam meluluskan sarjana yang buruk iman dan akhlaknya. Sarjana yang berilmu tinggi tetapi tanpa akhlak mulia, akan merugikan diri, keluarga, dan masyarakat. Itu sama saja dengan meluluskan penjahat berilmu.

Semoga Allah memberikan kekuatan kepada pimpinan dan dosen-dosen UIR untuk mewujudkan misi UIR yang begitu mulia. Aamiin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *