Malang, dewandakwah.com– Dinginnya ba’da Subuh di PPYD Al-Ikhlas, yang terletak di bawah kaki gunung Arjuna, terasa hangat dengan kehadiran seorang tokoh intelektual muslim Indonesia. Ustadz Dr. H. Adian Husaini, M.Si. Kiprahnya didunia dakwah Islam tidak diragukan lagi, berpengalaman menjadi anggota MUI, hingga kini menjabat sebagai ketua umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII).
Sebagai seorang intelektual muslim yang hingga saat ini masih aktif berkiprah di dunia keilmuan Islam, tentu jadwalnya sangatlah sibuk, namun di tengah kesibukannya masih istiqomah mengunjungi orang tuanya di Bojonegoro. Dibalik aktivitasnya yang padat ini, ustadz Adian berkenan memberikan waktu untuk mengisi kajian keagamaan bertema penguatan karakter da’i bagi para guru di PPYD Al-Ikhlas Singosari Malang, Alhamdulillah.
Kajian yang terselenggara pada hari Jumat tanggal 10 Juni 2022 ini dihadiri sekitar 100 orang yang merupakan pengurus, guru, dan kader da’i da’iyah PPYD Al-Ikhlas. Bertindak sebagai MC, Ustadz Lukman Alhafizh dan sambutan singkat dari Ustadz Zubair selaku mudir PPYD Al-Ikhlas yang juga pengurus DDII.
Ustadz Zubair berpesan agar semua benar-benar memperhatikan dan menyimak dari apa yang akan disampaikan oleh tokoh muslim yang juga penulis 50-an buku ini, ratusan artikel, dan peraih penghargaan Islamic Book Fair di Jakarta tahun 2006 silam, atas bukunya yang berjudul Wajah Peradaban Barat, sebagai buku terbaik pertama untuk kategori nonfiksi.
Sebagai seorang ulama’, di usianya yang tak lagi muda namun perjuangannya dalam dakwah memperjuangkan islam tidaklah pudar, ia berkomitmen untuk menghabiskan waktunya dalam dakwah. Kehadirannya di PP. Yatim Dhuafa Al-Ikhlas adalah untuk memotivasi dan menguatkan para guru sebagai da’i dan da’iyah di PPYD Al-Ikhlas.
Dengan gaya bahasa yang sederhana, mudah dicerna, lembut dan komunikatif, beliau mampu menarik antusiasme hadirin. Di awal hingga akhir pemaparannya sarat akan data dan fakta sejarah. Baru kata-kata di pembukaan saja sudah membuat jiwa ‘da’i-da’iyah’ tergugah. Tentang bagaimana negeri Nusantara ini, yang tadinya 100% non-muslim kini 87%, hampir 100% penduduk negeri seluas ini beragama muslim. “Ini karena kegigihan dan kesungguhan para ulama dalam dakwah,” kata Ustadz Adian.
Beliau menjelaskan pada tahun 1900-an, mulai berdiri banyak pondok pesantren, yang merupakan bagian dari cikal bakal kontribusi umat Islam untuk kemerdekaan Indonesia, salah satunya mampu mengusir penjajah kala itu, dengan seruan jihad para ulama, sebagaimana resolusi jihad yang digaungkan oleh KH. Hasyim Asy’ari, yang kala itu memang beliau adalah bagian dari pimpinan Masyumi. Setelah kekalahannya ini, para penjajah mulai berpikir cara lain untuk merebut dan menguasai Indonesia.
“Pondok adalah motor penggerak dakwah islamiyah, guna menyiapkan santri untuk mendalami dan menguasai ilmu agama Islam atau lebih dikenal tafaqquh fiddin, yang diharapkan dapat mencetak kader-kader ulama dan turut mencerdaskan masyarakat Indonesia dan melakukan dakwah menyebarkan agama Islam serta benteng pertahanan ummat islam,” sambungnya.
“Kita harus menghidupkan pondok pesantren untuk melawan musuh-musuh islam, karena dulu Belanda ketika berhasil menjajah Indonesia, usaha mereka tidak berhenti disitu, namun bagaimana orang-orang Indonesia juga mau mengikuti pola pikir dan agama mereka, dengan strategi kristenisasi dan politik sosialisasi seperti mendirikan sekolah-sekolah kristen untuk anak-anak, juga untuk para guru dengan mendirikan sekolah guru”.
“Maka dari itulah ulama kita mendirikan pondok pesantren untuk melahirkan generasi tafaqquh fiddien dan iqomatud dien guna melawan penjajah dan menyelamatkan aqidah dan paham ummat islam Indonesia”.
“Benar adanya, bahwa gold glory gospel yang diinginkan penjajah Barat. Diantrara program Kristenisasi. Mereka berhasil menjajah Indonesia menggunakan strategi pendidikan seperti mendirikan sekolah-sekolah untuk anak-anak juga untuk para guru dengan mendirikan sekolah guru dengan predikat tertinggi, pastur. Sekolah yang didirikan Belanda sangat favorit dan diminati dikalangan masyarakat ketika itu, sehingga tidak sedikit yang ingin sekolah karena menjanjikan bisa menjamin kehidupan yang mapan dan gaji cukup lumayan besar”.

Beliau pun menyambung, “Snouck Hurgronje adalah seorang tokoh pendidikan yang sengaja dilibatkan dalam dunia pendidikan Islam. Tampilannya sebagai tokoh muslim namun sebenarnya tujuannya agar umat Islam khususnya para santri menjauh dari Islam,” terangnya.
“Maka sebenarnya menjadi guru adalah kemuliaan bukan kehinaan. Melalui pendidikan, jalan dakwah untuk menguatkan aqidah dan pemahaman umat Islam.”
“Maka kalian harus bangga dan bersyukur berada di pondok sebagai pelayan ummat dan jangan pernah meremehkan nilai pekerjaan menjadi guru, apalagi menjadi guru ngaji, ini perkara mulia dan ini merupakan kebaikan besar, karena seorang guru ngaji yang ikhlas ada balasan syurga menantinya, maka apapun profesinya jadilah guru ngaji”.
‘Ala kulli hal, dari kajian bersama beliau, kami mendapat penguatan tentang pengabdian di jalan dakwah khususnya pendidikan Islam. Bahwa memberikan pendidikan Islam lebih dari sekadar mengajar dalam kelas, meraih nilai di atas kertas, atau menaklukkan soal rumit berkelas.
Pendidikan sangat dalam maknanya. Diawali dengan penanaman adab sehingga terbiasa disiplin dalam kebaikan kemudian dilanjutkan dengan penanaman pemahaman yang benar seperti dalam film Karate Kids, disiplin dulu baru diberi ilmu. Selain itu, guru tidaklah selayaknya dibebani urusan administrasi juga laporan-laporan, dua hal yang dibutuhkan yaitu menguasai materi dan bekal keikhlasan.
Demikian, paparan ilmu dari Ustadz Adian, walau terasa sedikit ilmu, karena waktu yang terbatas. Sejatinya, masih banyak hal yang perlu Ia sampaikan, namun paparannya cukup terasa daging berbobot semuanya. Karena keterbatasan di ruang ini, penulis hanya sedikit yang terekam dalam bentuk aksara.
Semoga ilmu yang beliau sampaikan bermanfaat sehingga menguatkan dan memunculkan pejuang-pejuang islam lainnya. Khususnya para asatidz di PPYD Al-Ikhlas dalam menjalankan peran sebagai guru sekaligus sebagai da’i. Semoga Ustadz Adian Husaini diberikan keistiqomahan, kemudahan dan pertolongan dalam dakwahnya. Barokallahu lana wa lakum, Aamien Ya Rabb. (Humas PPYD Al Ikhlas)
