وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
“… dan pergaulilah mereka dengan baik….” (QS. An-Nisa, 19)
Oleh: Dr. Ahmad Misbahul Anam (Ketua Bidang Pembinaan dan Penempatan Dai)
“Sudah sampai mana nih”, suara di ujung telepon dari ustadz Juwari komandan dakwah Dewan Da’wah Jawa Timur pagi kemarin. Perjalanan darat dengan bus Jakarta ke Surabaya mengalami keterlambatan 2 jam dari biasanya. Sampai pukul 7 pagi, sementara habis Subuh sudah ditunggu di terminal Puroboyo pintu keluar. Saya jawab, “Ustadz, kami baru sampai Kertosono, Jakarta macet lebaran”.
Setelah sampai tempat janjian, perjalanan dilanjutkan ke daerah Kediri. Tujuan pertamannya ke pegunungan Wilis sebelah timur, mendaki ke arah Barat, kesejukan pagi membuat ngantuk. Tawaran untuk gantian menyopiri mobil ditolak oleh ustadz Juwari yang lebih tua dari pada saya. Dari Surabaya beliau hanya berdua dengan saya, karena kesibukan tim beliau yang sedang mengurus bantuan sembako dan menengok Kafilah Dakwah yang menyebar samapai wilayah Jember dan Banyuwangi.
Naik ke atas, udara dingin terasa menembus ke dalam mobil. Sejuk dan segar, menghilangkan rasa lelah perjalanan panjang Jakarta-Surabaya, terus ke Kediri. Titik pertama ketemu, di masjid dekat calon bandara Kediri yang luas dan berada di atas bukit. Sang dai Kafilah Dakwah sedikit gugup, kaget karena berita kedatangan rupanya belum sempat dibaca. Kesibukan menyapa masjid dan mushola memang seperti jadwal minum obat.
Kafilah dakwah di Kediri selain mahasiswa dari STID M. Natsir juga dibersamai mahasiswa Akademi Dakwah Indonesia Jatim. Mereka saling menguatkan dengan tugas menyapa masjid mushola baik dengan kegiatan ubudiyah shalat fardhu dan tarawih. Kegiatan bakti sosial berupa pembagian sembako, thibunnabawi dan pengajaran al-Quran dilakukan sesuai jadwal.
Kami sampai di atas bukit Wilis, Masjid terlihat megah karena berada di puncaknya. Menurut warga, daerah ini dulunya pernah dilewati pasukan Jenderal Sudirman kala perang gerilnya. Mayarakatnya bertani, menanam cengkeh, kunyit merah dan putih, juga coklat. Buah-buahan banyak terdapat di sini.
Kafilah dakwah ini dilakukan oleh mahasiwa semester 6, sebagai bagian dari kaderisasi dai ilallah. Mereka keluar daerah, ada yang berasal dari provinsinya, banyak pula yang berasal dari kota lain. Kampus STID M. Natsir memang memberikan kemampuan mahasiswanya baik di kelas ataupun di luar kelas. Bahkan, begitu semester 5, mahasiswa ini ditempatkan di masjid-masjid sekitar kampus, untuk menyatu dan merasakan pahit getirnya mengurus masjid. Sementara paginya masih mengikuti jadwal kuliah di kampus.
Tahun ini kafilah dakwah ada di 76 titik binaan. Untuk Jawa Timur terbagi dalam 15 titik sesuai dengan jumlah mahasiswa yang dikirim. Sedangkan untuk kabupaten Kediri ada 6 mahasiswa. Mereka masing-masing berada di satu titik binaan yang basisnya adalah masjid jaringan Dewan Da’wah. Namun demikian, mereka diberikan tugas untuk juga menyapa mushala atau masjid yang di radius titik utamannya. “Semoga anak muda ini diberikan kesabaran merintis dakwahnya,” terucap saat ketemu mereka.

Pak Natsir pernah memesankan satu kalimat motivasinya, “Hiduplah bersama umat, maka umat akan menghidupimu”. Dalam buku Fiqh Dakwah disebutkan bahwa dakwah itu mempertemukan fitrah dengan wahyu. Terhubung dalam jembatan rasa, dan itulah memang narasi hadist Rasul saw yang pernah juga sampai kepada kita.
إن الله نظر في قلوب العباد، فوجد قلب محمد – صلى الله عليه وسلم -خير قلوب العباد، فاصطفاه لنفسه، فابتعثه برسالته،ثم نظر في قلوب العباد، بعد قلب محمد، فوجد قلوب أصحابه خير قلوب العباد، فجعلهم وزراء نبيه، يقاتلون على دينه، فما رأى المسلمون حسناً فهو عند الله حسن وما رأوا سيئاً، فهو عند الله سيئ”
“Sesungguhnya Allah melihat kepada hati-hati para hamba-Nya, maka Allah mendapati hati Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebaik-baik hati para hamba, lalu Allah memilih beliau untuk diri-Nya dan mengutusnya dengan risalah-Nya kemudian Dia melihat kepada hati-hati para hamba setelah hati Muhammad, maka Allah mendapati hati-hati para shahabatnya adalah sebaik-baik hati para hamba-Nya, lalu Allah menjadikan mereka penolong-penolong nabi-Nya, mereka memperjuangkan agamanya, apa yang dianggap kaum muslimin baik maka hal itu di sisi Allah adalah baik dan apa yang dianggap kaum muslimin buruk maka hal itu adalah buruk di sisi Allah”(HR. Ahmad).
Acara tabligh akbar Kafilah Dakwah dipusatkan di markas Dewan Da’wah kediri yang baru jadi. Shalat Jumatan baru dilaksanakan sejak Ramadhan tahun ini. Jamaah yang datang membludak sampai emperan masjid dan dua ruangan sekolah. Shalat Maghrib terpaksa dibuat dua kali, karena tidak muat. “Nama masjidnya Al-Hilal sama dengan masjid yang ada di provinsi Dewan Da’wah Jawa Timur,” kata ustadz Juwari.
Dalam kata sambutan sebelum acara, ustadz Dr. Joni selaku Ketua Dewan Da’wah Kediri mengharapkan para jamaah ikut serta memakmurkan aset dakwah umat ini. Juga bagaimana ada calon mahasiswa yang bisa dikirim ke kampus dakwah yang ada di Jakarta ataupun Akademi Dakwah Jawa Timur.
Beliau juga berharap partisipasi pendanaan dakwah untuk kegiatan keumatan. Bangunan yang terdiri dari lokal kelas, rumah dai, masjid dan kamar tamu berada di tanah seluas ± 500 m² waqaf dari Allahuyarham bapak Cuk Sugiarto. Sedangkan kantor Dewan Da’wahnya berada di samping komplek ini, selisih satu rumah dalam proses finising.
Menurut cerita ustadz Thohir, “Penggerak dana untuk pembangunan markas dakwah ini adalah ibu-ibu Muslimat Dewan Da’wah Kediri. Mereka ini dulunya saat masih muda tergabung dalam Pelajar Islam Indonesia”. Kompleks ini berada di Jl. Lumpang Kenteng Dsn. Rembang Ds. Rembang Kepuh Kec. Ngadiluwih Kab. Kediri. Sedangkan dai yang mengelolanya adalah ustadz Fathul Mubin, ustadz muda yang ‘grapyak’ dan penuh semangat.
Salam dakwah dari lapangan.
Bandung, 25/4/22.