Buya Mas’oed Abidin: Dai Penting Tulis Perjuangan Dakwahnya

Padang, dewandakwah.com – Ulama Sumatera Barat Buya Mas’oed Abidin Jabbar memberikan petuah tentang beratnya perjuangan dai. Hal ini ia sampaikan pada pembukaan Rapat Koordinasi Nasional dan Haflah Tasyakkur 55 Tahun Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia di Istana Gubernur Sumbar, Kamis (24/2/2022) malam.

Di hadapan para pengurus Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia seluruh Indonesia, Buya Mas’oed mengatakan agar perjuangan dai tidak tergerus zaman kuncinya adalah dengan memahami dinamika zaman dan menuliskan perjuangan da’wah tersebut.

“Pergantian musim dan zaman harus dipahami oleh seorang dai, agar tidak terbawa oleh perubahan tersebut. Itu juga yang dipesankan oleh Pak Natsir kepada kita”, ucap Buya Mas’oed.

Lebih lanjut, Buya Mas’oed mengungkapkan pentingnya seorang dai menuliskan kisah perjuangan dakwahnya. Ia bercerita, ketika aktif menjalankan tugas dakwah ke Pulau Mentawai sebagai aktivis organiasi Pelajar Islam Indonesia (PII) Sumatera Utara, Mohammad Natsir mendorongnya untuk menuliskan perjalanan dakwah tersebut. Sebab dengan menuliskankannya, maka itu akan menjadi kenangan sekaligus pembelajaran bagi generasi berikutnya.

“Alhamdulillah gerak dakwah saya dipaksan untuk dituliskan oleh Allahuyarham Pak Natsir. Awalnya saya enggan, untuk apa? Bukankah sudah dicatat masyarakat, dan sudah dicatatat oleh malaikat? Namun Pak Natsir bilang, menuliskan adalah mewariskan sesuatu perjalanan yang kelak akan dikoreksi, baiknya akan diikuti dan buruknya akan ditinggalkan oleh orang sesudah kita,” ungkap dia.

Berkat pesan Natsir itu Buya Mas’oed termotivasi untuk menulis buku perdananya, Islam dalam Pelukan Muhtadin Mentawai: 30 Tahun Perjalanan Da’wah Ilallah Mentawai Menggapai Cahaya Iman, yang pada tahun 1997 diterbitkan oleh Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Pusat.

Hingga di tahun-tahun berikutnya, Kyai tersebut dikenal sebagai tokoh yang aktif menulis buku. Beberapa karyanya seperti Problematika Dakwah Hari Ini dan Esok (2000), Adat dan Syarak di Minangkabau (2004), Suluah Bendang dalam Nagari (2014), Gagasan dan Gerak Dakwah Mohammad Natsir: Hidupkan Da’wah Bangun Negeri (2016) menjadi rujukan bagi para pendakwah di seluruh penjuru tanah air.

“Kita memang kekurangan tenaga dan materi, namun kita memiliki kekayaan yakni niat yang ikhlas sebagai da’i Ilallah. Itulah bekal kita menghadapi musim yang berubah, zaman yang berganti,” ujar Buya Mas’oed menutup petuahnya.*

Laporan: Azzam Habibullah/Editor: Ibnu Syafaat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *