Bersyukurlah Jadi Orang Indonesia

Oleh: Dr. Adian Husaini

(Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia)

Mengawali tahun 2022, patutlah kita memanjatkan rasa syukur. Bahwa, apa pun kondisi bangsa kita saat ini, masih memungkinkan kita untuk menjalankan aktivitas perjuangan menjadi orang baik. Banyak negeri muslim dan kaum muslim di berbagai negeri yang mengalami musibah demi musibah dan ujian demi ujian, sehingga berkumpul bersama saudara pun tak mudah dilakukan. 

Namun, bersyukur bukan berarti berdiam diri untuk terus berjuang memperbaiki diri, keluarga, masyarakat, dan bangsa kita. Tujuan kemerdekaan itu memang masih terasa jauh. Kita menyaksikan, begitu lemahnya kemampuan kita untuk melindungi bangsa dan tumpah darah NKRI. 

Kesejahteraan umum untuk kebanyakan rakyat kita, terasa semakin menjauh. Kemiskinan masih merajalela. Kesulitan hidup ada dimana-mana. Jumlah buruh tani dan keluarganya saja sudah mencapai puluhan juta jiwa. Betapa pilunya di negeri yang dikaruniai dengan kekayaan alam yang melimpah ruah ini, justru kita menyaksikan banyak rakyat kita hidup dalam penderitaan.

Mengapa bangsa kita menjadi lemah dan tidak berdaya? Mengapa kita menjadi lemah? Sebabnya jelas, karena kita tidak mampu mensyukuri nikmat yang diberikan Allah. Dalam pembukaan UUD 1945 yang sebenarnya merupakan naskah Piagam Jakarta telah disebutkan dengan jelas, bahwa kemerdekaan Indonesia terjadi ”Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa.”  Jika kita menyadari bahwa kemerdekaan adalah rahmat Allah, maka seharusnya kita memanfaatkan dan mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal yang diridhai oleh Allah. Seharusnya kita mensyukuri kemerdekaan ini dengan menjadikan ajaran-ajaran Allah SWT sebagai pedoman dalam kehidupan pribadi, berbangsa dan bernegara. Allah SWT telah menjanjikan, bahwa:  “Andaikan penduduk suatu wilayah mau beriman dan bertaqwa, maka pasti akan Kami buka pintu-pintu barokah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ajaran-ajaran Allah), maka Kami azab mereka, karena perbuatan mereka sendiri” (QS Al-A’raf:96). 

Beberapa ayat al-Quran al-Karim memberikan penjelasan tentang kehancuran suatu bangsa. Penjelasan al-Quran ini sangatlah penting untuk menjadi pelajaran, khususnya bagi kaum Muslimin di Indonesia, agar mereka tidak mengulang kembali tindakan-tindakan yang dilakukan oleh umat terdahulu, yang dengan sombongnya menentang Allah dan para Rasul-Nya. Bahkan sebagian mereka dengan terang-terangan menantang agar azab Allah diturunkan atas mereka. Ketika mereka sudah durhaka dan lupa kepada Allah, maka Allah membiarkan kaum yang durhaka itu untuk mengumbar hasa nafsu mereka, dan kemudian Allah menghancurkan mereka dengan azab-Nya. (QS 6: 44, 17:16).

Tapi, apa pun kondisinya, kini, umat Islam Indonesia perlu mensyukuri hasil perjuangan para pendahulunya. Tidaklah patut mengesampingkan hasil-hasil perjuangan mereka. Tidaklah etis melupakan jasa-jasa mereka, dan menganggap seolah-olah di Indonesia ini belum pernah ada ulama atau pejuang Islam yang berusaha keras menegakkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. 

Sebagai umat Islam sepatutnya kita menghargai perjuangan Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Kalijaga, Pangeran Diponegoro, Syekh Yusuf  Maqassari, Imam Nawawi al-Bantani, Kyai Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy’ari, Ahmad Surkati, A. Hassan, Moh. Natsir, Hamka, Imam Zarkasyi, dan sebagainya. Mereka-mereka telah menorehkan jasa-jasa besar dalam perjuangan Islam di Indonesia ini. Adalah tugas kita sekarang, sebagai generasi pelanjut mereka, berjuang lebih keras, melanjutkan perjuangan mereka, agar cita-cita Islam dapat benar-benar tegak di bumi Indonesia. 

Para pendahulu kita adalah orang-orang yang memiliki kualitas ilmu yang tinggi, sekaligus pejuang-pejuang yang gigih dalam menyebarkan Islam. Mereka senantiasa menyebarkan dakwah melalui jalur keilmuan untuk mendidik masyarakat agar mengenal ajaran-ajaran Islam dengan baik. Mereka sangat tekun dan sabar dalam membimbing masyarakat melalui ponsok-pondok pesantren dan sekolah-sekolah yang mereka dirikan, sehingga dari situ lahirlah ulama-ulama dan dai-dai yang kemudian menyebarkan Islam ke berbagai penjuru tanah air. 

***

Pada hari Kamis (6/1/2021), saya melakukan perjalanan ke Pesantren Nurul Bayan di Lombok Utara, NTB. Pesantren ini berdiri tahun 1991. Pendiri dan pemimpinnya, KH Abdul Karim, menceritakan kisah panjang perjalanan dakwah di wilayah ini yang sejak puluhan tahun lalu dimotori oleh Tuan Guru Sofwan Hakim (alm,). 

Tuan Guru Sofwan Hakim adalah ketua Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) Provinsi NTB, selama puluhan tahun. KH Abdul Karim juga Ketua DDII Kabupaten Lombok Utara. Beliau adalah lulusan Pesantren Gontor Ponorogo.

Hari itu saya memberikan taushiyah untuk para dai DDII se wilayah NTB. Ada sekitar 40 orang dai yang hadir. Banyak cerita menarik tentang kisah-kisah dakwah dan tantangannya di tengah masyarakat Lombok Utara ini. Tetapi, mereka berkisah, bahwa setelah puluhan tahun, ada perubahan yang cukup signifikan. Secara umum, masyarakat semakin mengenal Islam dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. 

Saya mengajak para dai untuk menuliskan kisah-kisah dakwah mereka. Kiprah mereka itu sangat mulia. Generasi berikutnya harus bisa memahami dan mengambil pelajaran dari perjuangan para perintis dakwah ini. Kehadiran DDII di daerah ini dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. 

Inilah salah satu contoh nyata aktivitas mensyukuri nikmat Allah, sebagai orang Indonesia. Perjuangan mengokohkan NKRI dilakukan dengan cara mendidik masyarakat agar mereka semakin sejahtera hidupnya dan juga semakin baik ibadah dan akhlaknya. Wallahu A’lam bish-shawab.

Red: Dudy S.Takdir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *