dewandakwah.com – Rombongan Pengurus Pusat Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia melanjutkan perjalanan safari dakwah di Sumatera Barat dengan mengunjungi Perguruan Thawalib Padang Panjang, Senin (11/10).
Ketua Umum Dewan Da’wah, Dr. Adian Husaini, Wasekum Dewan Da’wah H. Ade Salamun, Direktur Laznas Dewan Da’wah, Tjaturadi Waluyo didampingi Ketua Laznas Dewan Da’wah Sumbar Arham serta perwakilan Dewan Da’wah Sumbar dan Bukittinggi langsung disambut jajaran pimpinan Perguruan Thawalib.
“Dulu Pak Natsir kalau ke Sumbar, pasti singgah ke sini,” ungkap salah satu pimpinan Perguruan Thawalib yang juga merupakan murid Pak Natsir.
Di awal perbincangan, pimpinan perguruan Thawalib memperkenalkan setiap pimpinan dan pengurus yang hadir. Kemudian menceritakan sejarah singkat serta perkembangan perguruan Thawalib sampai hari ini.
“Perguruan ini didirikan oleh Haji Abdul Karim Amrullah yang merupakan ayah Buya Hamka. Perguruan ini melahirkan banyak tokoh, antara lain Buya Hamka dan pendiri Pondok Modern Gontor, Ustadz Zarkasyi,” kisahnya.
Perguruan Thawalib sudah berusia 110 tahun. Mengalami pergantian nama yang awalnya Sumatera Thawalib menjadi perguruan Thawalib Padang Panjang.
Dalam kesempatan yang sama, Dr. Adian Husaini menyampaikan kekagumannya terhadap kemampuan Perguruan ini bertahan dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Karena itu, ia juga menyampaikan bagaimana solusi untuk menghadapi era distrupsi seperti yang terjadi sekarang ini.
Usai melaksanakan salat Ashar berjamaah, Dr. Adian menemui santri di Masjid sembari menyampaikan kuliah singkat tentang sejarah.
“Semoga kunjungan ini dapat memperkuat ukhuwah antara lembaga keIslaman,” pungkasnya.

Dari Perguruan Thawalib, rombongan bergegas menuju di Perguruan Rahmah El Yunusiyah Diniyah Puteri Padang Panjang. Tepat pukul 16.00 WIB, rombongan tiba di Perguruan yang juga bersejarah itu.
Pimpinan, pengurus dan pengajar Perguruan Rahmah El Yunusiyah yang semuanya wanita langsung menyambut rombongan. Tidak mengherankan jika yang menyambut adalah para wanita, karena seluruh anak didik di Perguruan tersebut adalah perempuan kecuali untuk tingkat Taman Kanak-kanak (TK).
Kini, perguruan yang telah berdiri sejak tahun 1900-an telah memiliki berbagi tingkat pendidikan, mulai dari TK sampai perguruan tinggi. Sebuah karya monumental dari tokoh muslimah di bidang pendidikan, Rahmah El Yunusiyah.
Di awal pertemuan, pihak perguruan memutarkan video tentang Diniyah Puteri dengan visi-misi dan berbagai program yang dicanangkan. Setelah selesai pemutaran, dilanjutkan oleh ketua perguruan menyambut kedatangan Dr. Adian Husaini dan rombongan dengan ucapan terimakasih.
Tidak panjang lebar, sambutan pun diberikan langsung kepada Dr. Adian Husaini. Sebagaimana sebelumnya ketika di perguruan Thawalib, ia pun mengawali dengan perkenalan diri dan rombongan. Kemudian menjelaskan tentang siapa sosok Rahmah El Yunusiyah dan perjuangannya pada zaman itu. Singkat pula yang disampaikan karena waktu yang terbatas, rombongan diarahkan ke aula untuk menyapa santri yang sudah menunggu untuk mendapatkan ilmu dari Dr.Adian Husaini.
Setengah jam kurang lebih beliau menyampaikan tentang tokoh Muslimah Rahmah El Yunusiyah yang namanya harum dalam sejarah Indonesia. Karena itu ia mengajak para santri meneladani sosok beliau dengan menyesuaikan kondisi sekarang di era distrupsi.
Di akhir materi, terdapat satu pertanyaan menarik dari santri, tentang bagaimana mendakwahi orang non muslim sedangkan terdapat undang-undang negara tidak boleh mengajak atau mendakwahi seseorang yang sudah beragama.
“Silakan lihat pelajari betul surah An-Nahl:125, jawabannya di situ,” tutup Dr. Adian.
Rep: Istiqomah
Red: Dudy S.Takdir